MAKALAH SOSIOLOGI TENTANG BROKEN HOME
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam
masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian
keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah dan ibu secara ideal terpisah
tetapi bahu-membahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan
mampu memenuhi tugas sebagai pendidik, dan setiap eksponen keluarga
melaksanakan fungsinya masing-masing.
Keluarga merupakan tempat pertama anak-anak mendapat
pengalaman langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya, seperti yang
dikatakan oleh Malinowski ( Megawagi 1999 ) tentang “Principle of Legitimacy “
sebagai basis keluarga. Stuktur masyarakat harus di internalisasikan. sejak
dilahirkan seorang anak harus mengetahui, memahami, dan harapan agar sianak
mampu menyesuaikan diri di dalam masyarakat.
Masalah dalam keluarga adalah fakta ekonomi, seperti
pengangguran , orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kebahagiaan.
Dengan adanya kekurangan ekonomi di dalam suatu keluarga timbullah permasalahan
diantaranya keluarga yang Broken Home.
Broken Home sering terjadi
di dalam suatu keluarga, orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan
keadaan anak-anak dirumah. Namun broken home biasa diartikan dengan kondisi
keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga rukun, damai,
dan sejahtera. Diakibatkan sering terjadi keributan seta perselisihan yang
menyebabkan pertengkaran dan berakhir perceraian dan berdampak pada anak-anak
yang khususnya pada mental suatu anak.
Broken Home sangat berpengaruh terhadap anak-anak yang
menyebabkan anak tersebut tidak peduli terhadap apapun sehingga perlahan-lahan
anak akan sulit di atur dan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma.
Dari masalah di atas kami melakukan penelitian mengenai
pengaruh Broken Home terhadap mental seorang anak.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Apa yang menyebabkan terjadinya
Broken Home ?
2)
Apa dampak Broken Home terhadap
mental anak ?
3)
Bagaimana mengatasi mental anak
yang mengalami Broken Home ?
1.3 Tujuan Penulis
1)
Untuk mengetahiu dampak dari
Broken Home.
2)
Untuk mengetahuai penyebab
terjadinya Broken Home.
3)
Untuk mengetahui mengapa Broken
Home bisa merusak mental anak.
1.4 Manfaat Penelitian
1)
Untuk memberi pengetahuan kepada
anak dari dampak Broken Home.
2)
Sebagai motivasi kepada anak untuk
mengetahui dampak Broken Home.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Orang tua adalah komponen keluarga yang
terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan
yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.
Orang tua juga
telah memperkenalkan anaknya kedalam hal - hal yang terdapat di dunia dan
menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka
pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya.
Karena orang
tua adalah pusat kehidupan rohani si anak juga sebagai penyebab berkenalnya
dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian
hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya
dahulu. Jadi, orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan
amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak.
Sejak seorang
anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru
perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila
ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan
orang yang mula - mula dikenal anak dan menjadi temannya dan yang pertama untuk
dipercayainya.Adapun penjelasan sedikit tentang Tanggung jawab orang tua
terhadap anakadalah sebagai berikut:
1. Memelihara
dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat
hidup secara berkelanjutan
.
2. Melindungi
dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai
gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
3. Mendidiknya
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi hidupnya,
sehingga apabila ia telah dewasa, ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang
lain serta melaksanakan kekhalifahannya.
4.
Membahagiakan anak untuk dunia akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Kesadaran akan
tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu
dikembangkan kepada setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori
pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan demikian
tingkat dan kualitas materi pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk
menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh
setiap orang tua, maka generasi mendatang mempunyai kekuatan mental menghadapi
perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat demikian, tentu saja orang tua
perlu meningkatkan ilmu dan ketrampilannya sebagai pendidik pertama dan utama
bagi anak-anaknya.
Kunci pertama
dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak terletak pada peranan
orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti anak itu tergantung kepada
budi pekerti orang tuanya.
Sesungguhnya
sejak lahir anak dalam keadaan suci dan telah membawa fitrah beragama, maka
orang tuanyalah yang merupakan sumber untuk mengembang fitrah beragama bagi
kehidupan anak dimasa depan.
Sebab cara
pergaulan, aqidah dan tabiat adalah warisan orang tua yang kuat untuk
menentukan subur atau tidaknya arah pendidikan terhadap anak.
Tujuan Orang Tua Membimbing anaknya.
Tujuan Orang Tua Membimbing anaknya.
Orang tua
membimbing anaknya karena kewajaran, kodratnya dan juga karena cinta. Tujuan
orang tua membimbing anaknya itu menjadi anak yang shaleh. Anak yang shaleh,
berprestasi dalam belajar dapat mengangkat nama baik orang tuanya yang telah
membimbing anaknya dengan penuh kasih sayang.
B.
Defenisi Anak
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan
anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa
seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan
pernikahan tetap dikatakan anak
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang
merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi
pembangunan Nasional.Anak adalah asset bangsa.Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang
akan datang berada ditangan anak sekarang.Semakin baik keperibadian anak
sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.Begitu pula
sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula
kehidupan bangsa yang akan datang.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa
yang panjang dalam rentang kehidupan.Bagi
kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya,
sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari
masyarakat bahwa mreka bukan lagi anak-ank tapi orang dewasa
Menurut Hurlock (1980), manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan y6ang tertentu, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu dan bias berlaku umum. Untuk lebih jelasnya tahapan perkembangan tersebut dapat dilihat pada uraian tersebut: – Masa pra-lahir : Dimulahi sejak terjadinya konsepsi lahir – Masa jabang bayi : satu hari-dua minggu. – Masa Bayi : dua minggu-satu tahun. – Masa anak : – masa anak-anak awal : 1 tahun-6 bulan, Anak-anak lahir : 6 tahun-12/13 tahun. – Masa remaja : 12/13 tahun-21 tahun – Masa dewasa : 21 tahun-40 tahun. – Masa tengah baya : 40 tahun-60 tahun. – Masa tua : 60 tahun-meninggal.
Menurut Hurlock (1980), manusia berkembang melalui beberapa tahapan yang berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan y6ang tertentu, terus menerus dan dalam tempo perkembangan yang tertentu dan bias berlaku umum. Untuk lebih jelasnya tahapan perkembangan tersebut dapat dilihat pada uraian tersebut: – Masa pra-lahir : Dimulahi sejak terjadinya konsepsi lahir – Masa jabang bayi : satu hari-dua minggu. – Masa Bayi : dua minggu-satu tahun. – Masa anak : – masa anak-anak awal : 1 tahun-6 bulan, Anak-anak lahir : 6 tahun-12/13 tahun. – Masa remaja : 12/13 tahun-21 tahun – Masa dewasa : 21 tahun-40 tahun. – Masa tengah baya : 40 tahun-60 tahun. – Masa tua : 60 tahun-meninggal.
Untuk dapat memahami pengertian tentang anak itu sendiri sehingga
mendekati makna yang benar, diperlukan suatu pengelompokan yang dapat dilihat
dari berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek agama, ekonomi, sosiologis.
1)
Pengertian Anak Dari Aspek
Agama.
Dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam hal ini
adalah agama islam, anak merupakan makhluk yang dhaif dan mulia, yang
keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT dengan melalui proses
penciptaan. Oleh karena anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam pandangan
agama islam, maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti dioberi
nafkah baik lahir maupun batin, sehingga kelak anak tersebut tumbuh menjadi
anak yang berakhlak mulia seperti dapat bertanggung jawab dalam
mensosialisasikan dirinya untuk mencapai kebutuhan hidupnya dimasa mendatang.
Dalam pengertian Islam,anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua orang tua,
masyarakat bangsa dan negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan
lila’lamin dan sebagai pewaris ajaran islam pengertian ini mengandung arti
bahwa setiap anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan diamankan sebagai
implementasi amalan yang diterima oleh akan dari orang tua, masyarakat , bangsa
dan negara.
2)
Pengertian Dari
aspek Ekonomi.
Dalam pengertian ekonom, anak
dikelompokan pada golongan non produktif.Apabila terdapat kemampuan yang
persuasive pada kelompok anak, hal itu disebabkan karena anak mengalami
transpormasi financial sebagai akibat terjadinya interaksi dalam lingkungan
keluarga yang didasarkan nilai kemanusiaan. Fakta-fakta yang timbul
dimasyarakat anak sering diproses untuk melakukan kegiatan ekonomi atau
produktivitas yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi. Kelompok pengertian
anak dalam bidang ekonomi mengarah pada konsepsi kesejahteraan anak sebagaimana
yang ditetapkan oleh UU no.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak yaitu anak
berhak atas kepeliharaan dan perlingdungan, baik semasa dalam kendungan , dalam
lingkungan masyarakat yang dapat menghambat atau membahayakan perkembanganya,
sehingga anak tidak lagui menjadi korban dari ketidakmampuan ekonomi keluarga
dan masyarakat.
3)
Pengerian Dari
Apek Sosiologis
Dalam aspek sosiologis anak
diartikan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang senan tiasa berinteraksi dalam
lingkungan masyarakat bangsa dan negara.Dalam
hal ini anak diposisikan sebagai kelompok social yang mempunyai setatus social
yang lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Makna anak
dalam aspek sosial ini lebih mengarah pada perlindungan kodrati anak itu
sendiri. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
oleh sang anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa,
misalnya terbatasnya kemajuan anak karena anak tersebut berada pada proses
pertumbuhan, proses belajar dan proses sosialisasi dari akibat usia yang belum
dewasa.
C. Pengertian Broken Home
Menurut Matinka (2011, h. 6) “Broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga
yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam
keluarga tersebut”.
1.
Penyebab Broken Home
Penyebab
utama. Setiap keluarga selalu
mendambakan sebuah keluarga yang utuh dan harmonis, jauh dari pertengkaran atau
perpecahan. Namun, setiap keluarga memiliki masalah dan masalah itu tidak
datang begitu saja, tetapi ada penyebab-penyebabnya.
Penyebab utama terjadinya broken home,
yaitu:
a) perceraian,
terjadi akibat disorientasi antara suami istri dalam membangun rumah tangga b) kebudayaan bisu, ketika tidak adanya
komunikasi dan dialog antar anggota keluarga
c)
ketidakdewasaan sikap orangtua, karena orangtua
hanya memikirkan diri mereka daripada anak .
d) orangtua
yang kurang rasa tanggung jawab dengan alasan kesibukan bekerja. Mereka hanya
terfokus pada materi yang akan didapat
dibandingkan dengan melaksanakan tanggung jawab di dalam keluarga (“Kehidupan
Anak Broken Home,” 2012).
2.
Dampak Broken Home Pada Anak
Dampak
psikologis. Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak
anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan konskuensi dari tindakan yang
mereka lakukan. Dampak paling utama yang akan melekat sampai anak tersebut
dewasa adalah dampak psikologis. Seorang anak dapat berkembang dengan baik jika
kebutuhan psikologisnya juga baik.
Secara
umum anak yang mengalami broken home memiliki.
a) ketakutan
yang berlebihan
b) tidak mau
berinteraksi dengan sesama
c) menutup diri
dari lingkungan
d) emosional
e) sensitif
f) temperamen
tinggi,
g) labil.
Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima seorang anak berbeda-beda
tergantung usia atau tingkatan perkembangan anak (Nurmalasari, 2008).
BAB III
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain
itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan
mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian
kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori
menuju data, dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan
teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Teknik
Pengumpulan Data
BAB IV
5.1 Kesimpulan
Dari semua
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa broken home yang marak terjadi dikalangan
masyarakat besar yang sangat merugikan faktor psikologi anak yang menjadi
korban rusaknya rumah tangga orang tuanya. Banyak orang tua yang merasa dirinya
paling berjasa karena telah melahirkan dan membesarkannya, tidak segan- segan
menghakimi berbagai persoalan dan permasalahan yang dihadapi atau dilakukan
anak. Bahkan, tidak jarang orang tua hanya berfungsi reproduksi, setelah itu
proses pendidikan dan bimbingan dikuasakan kepada pembantu rumah tangga. Ini
banyak terjadi pada keluarga - keluarga di kota besar yang sibuk di perbudak
pekerjaan sehingga hak- hak anak atas kasih sayang, pendidikan, dan bimbingan
terabaikan. Muncullah istilah Broken Home, dimana anak mencari tempat pelarian
yang mereka tidak didapatkan dari orang tuanya.
Sebagai seorang anak atau remaja dimana kehidupannya
mengalami keadaan Broken Home harus menghadapi keadaan tersebut dengan positif,
agar tidak terjerumus kedalam pergaulan yang salah, beberapa hal menghadapi
broken home dengan positif, diantaranya :
1.
Ttariklah pelajaran positif dari
masalah tersebut
2. Dekatkan pada Tuhan
3. Jangan menghakimi semua orang karena keadaan tersebut
4. Tetap menjaga diri dan memegang teguh kebenaran
5. Broken home bukanlah akhir dunia.
Comments
Post a Comment